Wakwawww…
Orang yang kenal gw sejak lama, atau sahabat-sahabat terbaik gw, semuanya pasti akan bilang betapa absurdnya ketika status “ibu” menempel pada gw. Apalagi, ibu yang beranak dua.
How did this happen?!?!?! *please insert explanation of the birds and the bees here*
Yang tidak berhenti gw syukuri adalah bahwa situasi dan kondisi yang ada cukup memudahkan gw dalam menjalani peran ini. Saileeh, padahal baru juga seminggu…
Sejak gw hamil, si hurufkecil memberi banyak (banget) pemakluman dan pengertian. Mulai dari selfweaning sampai sabar ketika ibunya udah susah gendong-gendong lagi, mulai dari suapin vitamin mama sampai peluk adek (dalam perut) setiap pagi. Mungkin bosen ya dengan statement ini, tapi gw masih selalu terkaget-kaget dan takjub dengan betapa besar hatinya anak ini. Nama Safiyya sepertinya menjadi doa yang terkabul, karena anaknya penyayang beneeeerrrr…. bocah gak kenal aja suka dikejar-kejar trus ajak temenan.
Tantangan utama sekarang adalah gimana caranya membagi perhatian dan kasih sayang secara adil? Karena meski si kakak pengertian tapi kan pasti punya batas sabar. Apalagi usianya juga masih belum dua tahun, kemampuan abstraksi masih terbatas, sehingga maklum banget bahwa seminggu ini dia jadi lebih cranky dari biasanya.
Too much excitement dan hal baru yang butuh penyesuaian, dari semua pihak. Buat gw sendiri, harus sadar bahwa nggak bisa sepenuhnya manja-manjaan nyiumin bau bayi seharjan dan kruntelan sama bayi koala seperti zaman Aksara dulu. Kalau Inara tidur, berarti waktunya gw main sama kakaknya.
Buat Aksara, perlu penyesuaian bahwa gw nggak lagi sepenuhnya available untuk dia seorang. Apalagi karena operasi, jadi ya mamanya belum bisa kejar-kejaran main bola kayak dulu. Perlu penyesuaian juga bagaimana dia bertingkah laku, karena untuk sementara nggak bisa ndusel-ndusel di perut gw dulu, dan nggak bisa tomprok-tomprok adiknya meski gemes.
Panjang lah ini prosesnya, dan sekarang gw bisa paham kenapa orang bilang “kasihan” kalau jarak antar kakak-adik terlalu dekat. Tapi ya gimana, it runs in the family. Jarak gw & adik gw 17 bulan. Jarak antara kakak suami juga segituan.
Tapi somehow Aksara bikin gw percaya bahwa kami akan bisa melewati proses ini. Kasih sayangnya besar : untuk adiknya, untuk mamanya, untuk papanya. Jadi PR buat gw juga untuk keluarkan upaya yang sama besar untuk meyakinkan dia bahwa kasih sayang kami nggak akan pernah berkurang.
Dear hurufkecil,
If someday you are reading this, please know that you have a very pure heart. Please dont let anyone change that. You are our rock, our source of strength. And for that, we thank you.
5 replies on “Ibu Beranak Dua”
Wah baru tau lahiran, selamat ya
nama adalah doa, beneran yaa buNdiid.. ๐
Strong Mom ๐
Mamandid Strong Mother :*
aaah hatiku hangat bacanya..
selamat yah ndied :’)