Categories
Breastfeeding Motherhood that's life

Close Call

Dear Readers (kalau ada), just to share a little about a verrrrry creepy thing that happened. Semoga hal-hal serupa nggak akan pernah terjadi lagi, AMIN.
A little background story : saat ini gw masih memberi ASIX ke si hurufkecil, meskipun teramat sangat kejar tayang (baca : pompa hari ini buat diminum besok). Kejar tayangnya terkadang cukup ekstrim (baca : pompa pagi buat diminum sore), sampai terkadang gw terpaksa izin nggak masuk kantor atau kerja dari rumah kalau bener-bener nggak ada stock untuk hari itu. Ndilalah, beberapa minggu lalu akhirnya gw pertama kali haid sejak melahirkan, yang menyebabkan produksi ASI gw jadi menurun drastis.
Sufor pun bukan solusi mudah. Bukan karena gw lactivist yang anti sufor banget, bukan. Tapi, hurufkecil punya alergi terhadap protein yang ada di susu sapi dan kedelai, sedangkan mayoritas sufor terbuat dari susu sapi atau susu kedelai kan. Ada beberapa alternatif lain sih, dari asam amino atau apalah, tapi ternyata rasanya nggak enak dan akhirnya anak bocah ngamuk sama sekali kalau dikasih susu itu. Baru keminum seteguk, botolnya dilempar, trus nangis-nangis. *hatiretak*
Akhirnya setelah diskusi panjang sama suami, kami mempertimbangkan alternatif untuk cari donor ASI. Meskipun yaa, agak setengah hati sih gw, karena kayaknya susah cari donor yang pantangan makan produk kedelai. Namapun di Indonesia, pasti kecap tahu tempe udah jadi makanan sehari-hari kan ya. Tapi ya udah lah dicoba aja, siapa tahu ada.

Mulai deh pilih-pilih media/forum untuk cari donor ASI. Karena jarang pakai facebook, jadi nggak posting di FB nya AIMI ASI. Instead, gw posting di sebuah forum parenting yang sepertinya cukup terpercaya, dengan mencantumkan nomor telpon dan email. Seiring waktu berlalu, produksi ASI gw kembali normal dan alhamdulillah sudah mencukupi kembali kebutuhan si hurufkecil, lalu gw akhirnya lupa mengenai posting  tersebut.

Senin lalu, tiba-tiba ada seorang lelaki menelepon menawarkan donor ASI. Katanya, bayi mereka meninggal (innalillahi wa inna ilaihi rajiun), lalu sekarang istrinya ingin mendonorkan ASI nya. Gw tidak langsung mengiyakan karena kondisi alergi si hurufkecil, sehingga donornya harus pantang beberapa makanan. Ketika gw jelaskan ini kepada orang tersebut, jawabannya nggak nyambung “iya ini disusuin langsung aja”

Gw bingung lalu menanyakan lokasi domisili mereka. Lelaki itu mengaku saat ini posisinya di Malang, sedangkan gw di Jakarta. Karena kondisi saat ini ASI masih cukup, gw menyarankan untuk ditawarkan saja ke orang lain yang mungkin kondisinya lebih urgent/lebih membutuhkan dan untuk cari calon donor di facebook AIMI ASI.

Lelaki itu kembali mendesak “saya butuh cepet, karena istri saya kesakitan bengkak”. Gw sarankan kembali bahwa ASInya dipompa saja lalu disimpan untuk didonasi kemudian, yang dijawab lelaki itu dengan “nggak bisa, ASInya nggak keluar kalau dipompa, harus disusuin langsung”

Di titik ini gw mulai curiga, karena :

  1. kalau dari bahasanya, kok seolah2 anak gw alat untuk mengurangi ketidaknyamanan yang dirasakan istrinya?
  2. kenapa harus ngotot disusui langsung? bukankah bisa dipompa?
  3. meskipun ybs di Malang (katanya) dan gw di Jakarta, dia ngotot mau mendatangi demi bisa menyusui langsung anak gw

Something is not right, feeling gw.

….tapi ujung-ujungnya gw sedikit merasa kasihan karena ingat cerita ybs bahwa bayinya baru saja meninggal. Gw pikir mungkin dia panik atau nggak terlalu paham seputar mekanisme donor ASI dan manajemen ASIP. Akhirnya untuk menyudahi pembicaraan yang membuat gw makin nggak nyaman, gw bilang bahwa gw akan save nomor ybs dan menginformasikan kalau ada teman yang membutuhkan.

Satu jam kemudian, lelaki tersebut menelepon lagi dan semakin mendesak “Gimana mbak udah ada belum temennya?” yang tentunya gw bilang aja belum ada, dan pembicaraan menjadi semakin aneh :

Penelpon (P) : “Tolonglah Mbak istri saya udah kesakitan”
Saya : “Dipompa aja Pak, terus disimpen dulu buat kalau besok-besok ada yang butuh”
P : “dipompa nggak keluar, udah mampet”
Saya : “ke dokter atau konselor laktasi Pak, mungkin harus dilancarkan dulu”
P : “kata dokter harus disusuin ke bayi, harus ada bayinya langsung”

di titik ini gw semakin yakin ada yang nggak beres, langsung tutup telpon, block nomor tersebut.

Gw sempat cerita juga soal kejadian ini ke beberapa teman, dan ternyata salah satunya menginformasikan bahwa di fanpage Facebook AIMI ASI ada info mengenai modus kejahatan seperti ini.

Kalau dipikir, kok ada sih orang jahat banget gitu ya. Siapapun yang cari donor ASI kan bisa dibilang sedang dalam kondisi kesusahan, masih aja dimanfaatkan buat kepentingan diri sendiri 😦

By and.i.try

corporate slave by day. poet by night. rock chick by default.
eats cupcakes with a sip of nonsense.

5 replies on “Close Call”

iyaaa aku pun penasaran sebenernya maksud nya dia apa sih??

(ini gw baca nya sambil berdua an aja sm anak di kamar,laki lagi pergi jadi nya langsung merinding)

semoga problematika ASI nya cepet teratasi yaaa..semangat!!

haa serem banget.. tapi bener penasaran maksudnya apa ya modusnya? semoga dihindari dari hal-hal serem kayak gtu yah

Idem kaya pertanyaan mbak-mbak di sini. Jadi sebenernya maksudnya apa yah? Gue paham sih menyiksanya susu mampet karena gue sendiri sempet kena mastitis yang lalu jadi abses. Pompa sudah ga bisa nolong lagi. Tapi si bapak ini emang creepy banget yah. Atau super desperado?

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s