Categories
MiniYudhanegara Motherhood

Aksaraku

Jauh sebelum Aksara dikandung, jauh sebelum ia dibuat *uhuk* bahkan jauh sebelum saya menikah, saya sudah punya cita-cita jika kelak punya anak akan diberi nama Aksara. Alasannya cetek sih, karena dulu suka nulis-nulis puisi (ciyeeeh yang mellow), dan blog puisi itu judulnya Aksaraku Menari.
Dulu saya kira Aksara artinya adalah huruf atau abjad.

Aksara is the unit of graphemic symbols in the Indian writing system which system having the knowledge of phonemes (consonants and vowels), syllables and words before adopting the Brahmi Script had opted for Aksara. Aksara is more a syllable-like unit for writing which requires the knowledge of syllables and the matra i.e. the measure of prosadic marking. It is a sub-syllabic representation which stands for onset, onset plus nucleus and nucleus alone, the coda part of a syllable goes into the next aksara in a word.

Sulit amat ya bacanya njlimet gini. Sebenarnya nggak salah juga sih bahwa artinya abjad, tapi ternyata ada arti yang lebih dalam dari itu.

It has two main fields of application, in Sanskrit grammatical tradition (śikṣā) and in Vedanta philosophy. The uniting aspect of these uses is the mystical view of language, or shabda, in Hindu tradition, and especially the notion of the syllable as a kind of immutable (or “atomic”) substance of both language and truth.

Jadi berdasarkan kesotoyan saya atas kalimat-kalimat ribet di atas, ternyata sebenarnya Aksara memiliki makna “kekal”.

Yang bikin saya suka sekali nama ini adalah karena :

  1. Bisa dipakai untuk laki-laki maupun perempuan. Pada dasarnya saya nggak terlalu suka nama perempuan yang terlalu berukir-ukir sih, makanya saya pun lebih pilih dipanggil Andied daripada Ayu.
  2. Akrab untuk lidah orang Indonesia, karena memang bahasa Indonesia dan saya serta suami orang Indonesia. Rasanya aneh aja nggak sih kalau bapaknya bernama Erlangga, ibunya Ayu terus tiba-tiba punya anak namanya Cathleen? Selain itu juga takut kalau dia masuk sekolah dan orang-orang di sekelilingnya nggak bisa menyebut namanya dengan benar. Nama Jorge memang keren, tapi nyebutnya gimana sih? Horhe? Zorge? Jorj? Hayooo…
  3. Masih bisa ditolerir lidah asing. Cita-cita ibunya, suatu hari nanti Aksara bisa bertualang sekolah atau berkarya di luar negeri. Biar jadi citizen of the world ceritanya. Nah untuk itu, namanya perlu dipikirin supaya nggak susah diucapkan orang-orang di negeri seberang.

Dengan sekian banyak alasan, maka saya kasih ultimatum suami. Pokoknya ini anak namanya Aksara. Titik.
Untung dese setujuh. Tapi ada syaratnya, nama belakangnya pakai nama bapake, dan nama tengahnya harus ambil dari bahasa Arab atau nama yang ada di AlQuran.
Wakwaooow…
Setelah browsing-browsing di sana dan di sini, akhirnya menemukan nama yang cantik dan artinya juga baik. Sayangnya kurang klop dipadukan dengan nama Aksara. Padahal nama ini sebenarnya bagus banget 😦 akhirnya sampai minggu ke39 kehamilan saya dan suami bingung antara 2 nama ini. Sibuk cari-cari padanan masing-masing.
Sampai ketika mendadak tahu bahwa keesokan harinya akan melahirkan, akhirnya saya dan suami sepakat di satu nama : Safiyya. Safia dalam bahasa Mesir artinya murni, dan bahasa Arab artinya sahabat yang tulus.
Jadilah namanya Aksara Safiyya Yudhanegara — sahabat yang tulus dan teguh 🙂 Insyaallah tumbuh menjadi perempuan yang kuat dan baik kepada orang lain, tulus murni dalam tindakannya.

So…no, people, I did not name my child after a bookstore. 😭

By and.i.try

corporate slave by day. poet by night. rock chick by default.
eats cupcakes with a sip of nonsense.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s