Jadi ya, seminggu ini kerjaan di kantor lagi super duper hectic. Tiga hari berturut-turut pulang paling cepet jam 11 malam. Sampai rumah pasti udah tepar dan langsung guling-guling di kasur sampai ketiduran. Di kantor pun sudah nggak sempat lihat yang lain selain layar. Pffttttt… Alhamdulillah di tengah-tengah minggu ada satu hari libur, yang pastinya langsung dimanfaatkan untuk nonton. Pokoknya harus keluar rumah, karena bosan lihat tembok terus di kantor.
Sejak pertama kali lihat poster Les Miserables di bagian “Coming Soon” bioskop-bioskop Indonesia, saya sudah ultimatum suami : pokoknya harus nonton. Suka nggak suka, mau nggak mau, rela nggak rela. Kalau emang dia nggak mau sama sekali (he’s not really into musicals), ya saya mau nonton sendiri aja. Intinya :
harus
nonton
.titik.
Pasalnya, hal yang pertama membuat saya jatuh cinta sama teater dan musikal, ya Les Miserables ini. Kelas 6 SD adalah trip perdana saya ke luar negeri sama orang tua, dan waktu itu salah satu acaranya adalah nonton opera Les Miserables di Esplanade (kalau nggak salah). Duduk di baris depan, tengah-tengah. And I swear, it was one of the most mesmerizing things I ever saw. Enchanting.
Ya sebenarnya sih umur segitu belum ngerti-ngerti banget juga sama keseluruhan ceritanya. Yang saya ingat waktu itu cuma the Thenardiers, sepasang suami istri oportunis yang digambarkan sangat komikal. Dan yang paling dahsyat di ingatan saya adalah anak mereka, Eponine. Si korban friendzone yang bertepuk sebelah tangannya super miris sampai waktu itu juga saya ikutan nangis sesenggukan. Itu lagu On My Own juga sampai saya kuliah selalu terngiang-ngiang deh kalau lagi patah hati.
Bahwa inti cerita Les Miserables sebenarnya tentang keadilan dan perjuangan, malah nggak terlalu membekas di ingatan saya. Mungkin waktu itu juga saya belum perduli dengan topik-topik “serius” seperti itu ya.
Maka itu buat saya, nonton Les Miserables kali ini : wajib. Apalagi sesudah Smita posting reviewnya. Agak deg-degan juga sih sebenarnya, takut ekspektasi terlalu tinggi dan akhirnya malah kecewa. Tapi kalau dilihat jajaran cast-nya, sepertinya cukup menjanjikan.
Akhirnya tibalah hari libur yang dinanti-nanti. Dan ya ampun sumpah nggak kecewa sama sekali.
-
Anne Hathaway sebagai Fantine menurut saya sempurna. Adegan nyanyi “I Dreamed a Dream” sukses bikin mata berkaca-kaca. Terasa banget bagaimana dia dikecewakan dan dikalahkan oleh realita, harus rela merendah-rendahkan harga dirinya cuma untuk uang yang nggak seberapa juga. Rasanya pengen kasi *pukpuk* terus peluk sambil ikutan nangis. Meskipun agak sebel juga, kenapa sih udah dibotakin, gigi item-item gitu, muka dekil, nangis mewek tapi kok masih cantik aja sih mbak. Iri deh!
- Eponine, to me, is and has always been the true heroine. Susah lho bisa rela bilang “aku seneng kok asal kamu seneng mas”. Tapi aku geregetan karena nggak setuju dengan selera cowoknya. Apa sih kok naksir sama Marius yang cengeng dangdut gitu, so not worth all the tears deh. Kalo Eponine harusnya naksir sama Enjolras, temennya Marius yang pemimpin pemberontakan dong ah! Kan mas-mas idealis gitu gagah lho. *iki opooo
- Gavroche, si bocah muka badung itu menggemaskan sekaliii. Aku mau tabok bapak-bapak tentara yang tembak dia. Dasar nggak punya hati.
- The Thenardiers are brilliantly casted. Helena Bonham Carter & Sacha Baron Cohen juara banget. Mereka bisa menggambarkan oportunisnya keluarga Thenardier dengan sangat menghibur, sama seperti penggambaran keluarga Thenardier di opera yang saya tonton dulu.
- Pas lagu “Do You Hear The People Sing”, itu rasanya beneran kayak mau ikut turun ke jalan deh sambil kibar-kibar bendera. Terbakar gitu semangatnya hahaha, silakan coba buktikan, rasanya setara dengan dengar Indonesia Raya berkumandang di Olimpiade.
Ah pokoknya, Les Miserables sakseus lah bikin saya nggak (terlalu) miserable.
3 replies on “Les Miserables”
Point nomor 2 nya gw setuju banget, kenapa bukan enjolras kenapa mesti marius. Eponine demennya ngasuh kali ya makanya naksirnya yang manja menye-menye.
ya kan ya kan bener kaaaan, hahaha iya ya kayaknya dia tipe yang doyan ngasuh ya, nurturing gituh. padahal enjolras tu keren banget lho ah
Pokoknya aku si masmas Hobbit-ish!