Pola komunikasi sebelum menikah :
telpon bangunin si Er dalam perjalanan ke kantor – saling telpon sesampainya di kantor – kerja – telpon saat makan siang – kerja – saling telpon di perjalanan pulang – makan malam (masing-masing) bersama teman/keluarga – me-time – saling telpon menjelang tidur
Itu nggak menghitung telepon semenit dua menit di sela waktu kerja ya. Kami memang tipe yang sering komunikasi lisan, entah kenapa rasanya waktu selalu kurang untuk ngobrol dan cerita ini itu. Jadi kapanpun sempat menelepon, pasti dimanfaatkan. Sekarang sesudah tinggal satu rumah, ternyata waktu mengobrol jadi buanyaaaaak banget. Bangun tidur, sambil sarapan, di perjalanan ke kantor, perjalanan pulang, makan malam dan menjelang tidur.
Alhasil terkadang me-time yang dulunya berlimpah, sekarang jadi barang langka. Me-time di sini maksudnya waktu untuk bengong dan decompress sepulang kantor aja sih. Rutinitas sepulang kantor yang dulunya saling nyantel di telepon, alhasil malah jadi begini :
ngobrol di mobil dalam perjalanan pulang – ngobrol sambil makan – gantian mandi sesampainya di rumah – main game di gadget masing-masing – nonton DVD – pillowtalk
Ditambah lagi suami gajian perdana di kantor baru, kemudian menghadiahi istrinya telpon baru untuk menggantikan smartphone jadul yang saking sering hang sudah nggak layak disebut SMARTphone. Jadilah sekarang saya punya banyak mainan baru, yang berbuntut munculnya berbagai sindiran dari suami :
“Dek, abang beliin ikan beneran aja ya?” – Fish With Attitude
Game ini, sebenernya sih sama sekali nggak membutuhkan kapasitas otak di atas rata-rata. Di bawah rata-rata aja kayaknya bisa deh hahahaha. Makanya buat saya ini justru the perfect de-stressing game.
Intinya gampang, di game ini spesies ikannya dikategorikan berdasarkan sifat. Ada yang baik, ada yang pemalu, ada yang suka gosip, sampai yang doyan pesta pun ada. Caranya tinggal kawin silang antar ikan-ikan itu. Gampang kan huhuhu….

“Dek, ngapain sih motongin buah melulu, latihan jadi tukang rujak?” – Fruit Ninja
Yak sindiran mulai nyelekit. Kalau game ini, lebih pakai otak daripada ngawin-ngawinin ikan. Tujuannya sih cuma memotong buah yang dilempar sampai memperoleh skor sebanyak-banyaknya, tanpa kena bom yang kadang-kadang ikut terlempar sama buah-buahan itu. Kalau bisa dapat combo alias memotong beberapa buah dalam satu kali tebasan pedang, nilainya semakin besar.
“Dek, ngapain sih main nyari-nyari barang terus? Mendingan cariin barang abang banyak yang keselip pas pindahan kemaren.” – Mirrors of Albion
Nggak kira-kira deh suami gue, semakin susah game nya, semakin sadis juga komennya. Game ini sebenarnya yang paling butuh kerja otak, karena harus mencari berbagai barang dalam gambar. Sounds simple sih, tapi bikin penasaran. Apalagi petunjuk barang yang dicari bisa berupa kata-kata, siluet, atau kode tertentu.

Berbagai komentar inilah yang akhirnya mendorong termaktubnya salah satu resolusi 2013 : mengurangi distraksi gadget supaya lebih bisa memanfaatkan quality time sama suami. Masih untung jam kerja saya & suami terbilang normal, bisa berangkat dan pulang bareng, dan sama-sama ditempatkan di satu kota. Padahal baca blog-blog lain, banyak juga yang terpaksa long distance marriage. Kok saya jadi seperti tidak bersyukur dan menyia-nyiakan waktu yang diberikan ya?
Apakah saya jadi berhenti main game? Tentu tidaaaak, decompressing pasti tetap dibutuhkan untuk restart otak. Ya setidaknya dikurangi aja lah, kalau memang sama-sama lagi butuh me-time ya silakan nikmati me-time masing-masing. Doakan!