Categories
Married Life Tying the Knot

My Heart Leapt on a Leap Year


..
.
mmm sebenernya meskipun sudah nyaris sebulan lalu tapi masih suka bengong-bengong bego dan antara percaya nggak percaya.

Jadi tahun kabisat itu peristiwa yang rada-rada langka kan yah karena cuma empat tahun sekali datangnya. Dan biasanya saya mengasosiasikan peristiwa langka dengan hal-hal yang aneh tapi nyata.

Dan sungguhlah aneh tapi nyata ketika di tanggal 29 Februari 2012 kemarin ini ada seorang laki-laki yang tiba-tiba bilang : “Nikah yuk!”. Dan semakin aneh ketika gw pun cuma bisa bengong-bengong hampir 1 menit penuh dan akhirnya bilang “Ini beneran nih?”. ah sungguh pasangan yang tidak romantis logis.

Eh tapi kita tetap manis kok, soalnya sesudah diyakinkan bahwa “iya ini beneran ngajak nikahnya” maka gw nyengir selebar daun kelor meskipun tidak semelar tali kolor, sambil ngangguk-ngangguk. Maklum, baru pertama kali diajak kawin soalnya jadi agak norak.

Ah ya, sekedar catatan buat diri sendiri juga sih, bahwa kalo jadi orang gak usah penuh sok logika deh. Beberapa minggu belakangan ini, si laki-laki yang ngajak nikah itu (sebut saja Budi, eh tapi namanya nggak ada budi-nya. hmmm oke kita sebut saja dia pemuda Er…ror).. Iya jadi si Er ini sebenernya udah beberapa kali ngajak ke Segarra belakangan ini. Meskipun saya memang penggemar sunset sejati, tapi kan belakangan ini cuaca agak buruk ya, maka dengan penuh percaya diri gw selalu menjawab “Jadi ya, Segarra itu kan enaknya buat nikmatin view. Kalau hujan gini sih, kayaknya nggak ada yang diliat juga. Besok-besok aja ya kalau cuaca bagus kita kesananya.”

Rasanya pengen balik pakai mesin waktu Doraemon dan membungkam si otak kiri sialan, ternyata DIAJAK KE SEGARRA TUH KARENA TADINYA MAU DILAMAR DISANAAAAAAAAAAAAA…. Namun apa daya semua gagal. Batal sudah kesempatan untuk suatu hari cerita sama anak-anak gw nantinya bahwa

“Mama tuh dilamarnya di Segarra lho, sambil memandangi matahari terbenam di Teluk Jakarta”…

alhasil nanti cerita gw cukup

“iya mama diajak papa nikah pas lagi duduk-duduk di sofa rumah”…. *jitak otak kiri

Oh well, that was beside the point anyway.

Kalau baca blog ini dari awal, you would know that I’m not really the ‘marrying kind’. I love unconditionally, but to reach that point was a huge learning process in itself. And loving is not necessarily the same as committing. Tapi dipicu oleh berbagai pergumulan dengan diri sendiri, terutama setelah membaca tulisannya Smita yang ini, akhirnya gw menyadari bahwa meskipun gw tau gw sangat bisa survive dan bahkan cukup berjaya menjalani hidup ini sendirian, tapi GUE NGGAK MAU.

Karena hidup terlalu penuh aja untuk dijalanin sendiri, gw merasa butuh partner buat berbagi hari. Dan berbagi hidup. Supaya kalo capek bisa ‘nyender’, kalo seneng ada yang diajak soraksoraibergembira, kalo sedih ada yang diajak maki2.

So here we go, mister, bersiaplah disenderin, bersoraksorai dan (terkadang) memaki bersama.

By and.i.try

corporate slave by day. poet by night. rock chick by default.
eats cupcakes with a sip of nonsense.

2 replies on “My Heart Leapt on a Leap Year”

ahahahahaaa… anditry.. aku selaluuuu bermimpi akan dilamar di atas atap gedung, atau di dalam balon udara, atau halhal semacamnya.. namun ternyata, dari awal pacaran sama pemuda P sudah realistis bener membicarakan ke sana — lalu dia proposenya di ruang tamu rumah gw. gak ada cincin, ga ada bunga — cuma dia berlutut dengan sorot mata dan senyum yang gak akan gw lupain seumur hidup. semua mimpi masa kecil gw buyar.. tapi aku gak mau minta yang lain lagi daripada kesederhanaan itu. :)so, i guess, they're just being……genuine 🙂 yay! 😀

Leave a Reply to and.i.try Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s