Abis baca-baca lagi tulisan neng petitepoppies yang ini, dan jadi terpikirkan beberapa hal.
Saya termasuk kategori manusia hopeless romantics akut, yang setiap pasca nonton film-film rom-com bisa mendadak dangdut terjebak dalam mood melankolis keparat.
Meskipun suka sok preman dan sok superwoman, diam-diam berharap ada manusia yang menyadari bahwa saya cuma butuh dimaklumi. Dan percaya, bahwa di bumi yang sudah kelebihan populasi ini, masa siiiih ga ada satu aja manusia yang sebenernya adalah belahan jiwa saya?
Eh tapi kok jadi ngelantur…
Anyway, beberapa waktu lalu pernah membahas dengan seorang teman tentang skenario “ntar gw sama lo aja ya kalo udah umur sekian”. Menurut gue, ya sama dengan yang dibahas neng poppies ya, jadinya kayak “ya udah deh daripada ga ada, elo aja deh”. Dan kata temen gue itu, “ya ngebungkusnya gak gitu dong”…
Namanya juga bungkus. Mau pake kertas kado atau kantong kresek, tapi isinya sama aja kannn?
Jaman sekarang, kita lebih sering terpaku (dan tertipu) sama bungkusnya, sampai lupa bahwa yang penting isinya dulu. Sangat mudah membalutkan kisah dalam romantisme, menempelkan label ini dan itu dengan harapan kondisi menjadi lebih mudah dimaklumi, berharap kenyataan menjadi sedikit lebih ‘bersahabat’.
Bisa aja bilang “it’s just harmless flirting”, atau “ini kisah cinta yang ditentang semesta”, atau “the timing was never right” atau apapunlahya. Semua sah-sah aja. Tapi mau mengingatkan sedikit aja. Ok, mungkin lagi dimabuk asmara, dimaklumi. Ok, mungkin lagi asyik terbang, lupa menjejak bumi. Ok, mungkin rasanya dunia cuma isinya berdua dan yang lain ngontrak. Tapi gini… Biar kata mereka cuma ngontrak, inget-inget lagi deh, apakah ada pihak-pihak yang jadi tersakiti, terugikan, terkhianati? Soalnya, ngontrak juga bayar kan, bukan gratisan.
Carrie di Sex & the City 2 bilang, setiap hubungan akan mendefinisikan aturan-aturannya sendiri. Ada orang yang nggak perlu status, tapi bisa commit sepenuhnya dalam hubungannya. Ada juga orang yang statusnya jelas udah bertahun-tahun, tapi nggak jelas arah dan komitmennya.
Apapun pilihan kita, yang penting sih jujur sama diri sendiri kayaknya. Soalnya teman saya yang lain bilang, there’s no such thing as right or wrong; only choices and its’ consequences.
Categories