Seorang teman memutuskan untuk menyambut ulangtahun Indonesia bulan depan dengan membuat sebuah proyek. Setiap hari selama 30 hari ke depan, sampai dengan tanggal 17 Agustus 2010, dia akan menampilkan testimoni alasan sebagian orang mencintai Indonesia. Memang tidak mudah, ketika pada kenyataannya setiap hari kita dibombardir berbagai potret kondisi absurd yang membuat semakin sanksi atas kompetensi pemerintah.
Mulai dari ledakan bertubi-tubi tabung gas elpiji, berbagai institusi hukum yang mendadak lebih suka menjadi polisi moral untuk kasus perzinahan daripada korupsi, dan ah… perlukah saya tambahkan lagi?
Saya pun mencoba ikut berkontribusi semampu saya dalam proyek tersebut, berbagi kisah cinta saya dengan bahasa Indonesia. Dan hari ini via twitter, tiba-tiba saya melihat ada
artikel NY Times ttg bagaimana penggunaan bahasa Indonesia mulai terkikis. Sebuah realita yang sudah lama terbaca, hanya saja mungkin kita menolak untuk benar-benar menyadarinya. Miris rasanya. Sungguh.
Tapi justru itu saya rasa, yang membuat proyek ini menjadi penting. Justru ketika rasa apatis semakin memuncak, kita perlu diingatkan bahwa kita tetaplah bagian dari bangsa ini. Bahwa jauh di dasar hati, ada benang merah yang mengikatkan kita ke negeri ini, yang membuat kita (pernah) jatuh cinta. Dan bahwa, kita perlu melakukan sesuatu, selain hanya berdiam diri dan merutuk dalam hati.
Sejarah Indonesia memperlihatkan kekuatan kaum muda, dan apa yang bisa dicapai oleh semangat membara. Meski sangat mungkin masih sedikit ‘mentah’ dan belum berwadah, tapi saya yakin dari 1000 hati yang tersentuh, minimal ada 1 yang bisa mewujudkan aksi nyata.
Dari tujuh kisah yang sudah masuk sejauh ini,
ini yang paling menyentuh saya. Coba luangkan waktu anda berkunjung setiap hari untuk menemukan kembali alasan mencintai negeri ini.
Atau lebih baik lagi, tanya pada diri sendiri, apa yang anda cinta dari negeri ini?
Posted with WordPress for BlackBerry.