Saya marah!
Hari ini melalui twitter, seorang ‘motivator’ yang cukup ternama di Indonesia menjabarkan kalimat berikut:
“Wanita yg pas u/ teman pesta, clubbing, brgadang sampe pagi, chitchat yg snob, mrokok, n kdang mabuk – tdk mungkin drencanakan jd istri”
Gila.
Sesempit itu ya orang Indonesia?
Berusaha memahami lebih dalam maksud dr kalimat ini, mungkin (mungkiiin lhooo, trying to think positive) sebenarnya bertujuan untuk menyampaikan bahwa perempuan tidak perlu merokok/minum/begadang sampe pagi/clubbing/chitchat yg snob (apa maksudnya yg terakhir ini saya juga gak ngerti) HANYA untuk mendapatkan laki-laki.
Karena memang terkadang saya temui juga orang yang merokok supaya terkesan keren, minum supaya terkesan cuek, atau apalah yang semacam itu.
MUNGKIN maksudnya itu. Atau MUNGKIN maksudnya bahwa perempuan yang melakukan hal2 diatas itu memiliki suatu trait tertentu yang membuatnya kurang layak sebagai istri/ibu.
Apapun maksudnya, tapi kalimatnya itu lhooo, bikin naik darah!
Kenapa?
Karena cuma memaparkan beberapa perilaku spesifik, tanpa disertai penjelasan yang jelas, maka akhirnya berujung pada stereotyping. Apa sebenarnya alasan seorang perempuan yang seru untuk diajak merokok/minum/clubbing/dll tetekbengek itu menjadi ‘tidak mungkin direncanakan sebagai istri’?
Kalau memang perilaku2 itu dianggap indikator adanya sebuah trait yang membuat seorang perempuan tidak mungkin direncanakan sebagai istri, bukankah lebih baik jika yang disampaikan adalah trait tersebut?
Lebih ringkas dan jelas, bukan, untuk menyatakan “dicari : kucing sehat”, daripada menyatakan “dicari : hewan piaraan rumah berkaki empat dari genus felidae dengan anggota tubuh lengkap, mampu berlari dengan kecepatan sekian kilometer per jam, suka memanjat pohon dan berburu tikus”? Karena kriteria kucing sehat untuk saya bisa jadi berbeda dengan anda.
Begitupun, kriteria ‘orang yang mungkin direncanakan menjadi istri’ akan berbeda.
Ah, maaf kalau terlalu berlarut2 dan menggunakan argumentasi serta analogi yang kurang jelas. Saya terlalu kesal. Mungkin karena saya terlalu sering chitchat snob (apapun maksudnya itu).
3 replies on “perempuan yang tak layak dinikahi”
pas aku membaca twitter itu, aku cuma ketawa. pikiran pertama, “halah, sempit amat pikirannya.”
pikiran kedua, “bener nih dia sang motivator terkenal itu?”
pikiran ketiga, “kalo memang bener dia orangnya, saya jadi bener2 prihatin, buat dia sendiri dan buat orang2 yang bener2 percaya 100% apa yang dikatakannya. mengedukasi kan seharusnya membuka wawasan, bukan mempersempit perspektif.”
entah apapun maksudnya, yang jelas dia telah melakukan kesalahan besar in terms of social marketing. 😀
neng, gw tauuu pasti maksud lo tentang ini. sebenernya kalo yang ‘ini’ sih gw juga rada bereaksi sih.. hehe.. klo orang ini, tujuan twitnya memotivasi jadi dia emang mesti jangan salah omong yang bikin sebagian orang ‘terbakar emosi’ hehehe..
@candrakirana : blunder besar ya. Saya suka dengan kata-kata anda ‘mengedukasi seharusnya membuka wawasan, bukan mempersempit perspektif’
@smitten : banyak yg bilang bahwa kalau kita bereaksi ‘terbakar’ emosi atas statement itu, adalah indikasi bahwa kita sendiri masuk dalam salah satu kategori yang dia sebutkan sebagai ‘tidak mungkin direncanakan sebagai istri’. Sebenernya gue bisa melihat sedikit kebenaran lah dalam statement itu kalau dilihat di konteks masyarakat kebanyakan. Tapi yang gue gak suka banget adalah sesuai poinnya si oliph diatas. Mempersempit perspektif. Ini mau jadi motivator apa mau jadi polisi norma? Hehe…