Bulan puasa katanya momentum kita untuk berempati sama sesama, terutama mereka yang kurang beruntung.
Setiap hari laper-laperan, haus-hausan, lemes tapi tetap harus beraktivitas, tetap harus sabar. Padahal jelas-jelas yang namanya manusia kalau kebutuhan pokok gak terpenuhi jadi ekstra uring-uringan. Kesentil dikit mau ngamuk, kesenggol dikit mau bacok.
Ideal banget dunia kaya gitu, yang semua orang bisa menahan nafsu, lempeeeng aja. Sabaaaar aja. Padahal gw aja lagi gak puasa, dari tadi disentil dikit langsung keluar cakarnya. Graaaooowww!!! Susye bener ya jadi orang baik.
Belum lagi godaan-godaan abu-abu macam iri hati, mau menang sendiri, ngomongin orang, yang tipis batasnya. Kita gak sadar tiba2 udah bikin dosa aja. Mulainya ngobrolin film lama2 ngomongin artisnya, pertamanya ngebahas si x udah sukses lama2 mulai ngomongin si x nya. Sullllliiiitttt.
Masalah si dosa bernama iri ini gw belakangan sering banget tuh. Gara-gara baca blognya satu eneng manis dengan kisah manisnya bersama pacar (sekarang suami) yang juga alamakjan manisnya, suka iri hati. Karena mereka sangat manis. Sangat. Terlalu manis, kalo kata Slank.
Terus gw jadi suka pengen yang aneh-aneh. Kalau ada yang ngasih kejutan merahjambu kayak gini lucu kali ya. Nanti kejutannya beginibegitu, terus nanti ekspresi gw akan beginibegitu. Najis bener yak gue :p
Tapi kemudian suatu hari gw menemukan blog yang berkebalikan 180derajat sama blog manis teman saya. Disitu si empunya blog menceritakan dengan gamblang (bahkan menyebut nama asli) kisah percintaan dia dan pasangannya. Dan astaganagaaaaaa, bukan manis-manisnya. Bahkan sampai ke hal yang terlalu pribadi untuk dikonsumsi publik. Sampai pada titik dimana gw males bacanya karena gak tega. (Dan karena itu pula, blog itu gak akan gw link di sini).
Tapi gue pikir, mungkin aja pasangannya oke-oke aja dengan publikasi semacam itu. Mungkin aja itu masalah mereka yang sudah lewat dan sekarang mereka baik-baik saja. Mungkin aja mereka jadi sama manisnya dengan teman saya tadi.
Toh, saya (seharusnya) sadar, setiap pasangan memiliki dinamikanya sendiri-sendiri.
Gampang sekali memang lupa sama yang namanya syukur (Pak Syukur?). Gampang sekali take things for granted. Gampang sekali merasa bahwa semesta ada untuk memenuhi kebutuhan kita.
Ego manusia ya, memang paling keterlaluan. Ketika kita sebenarnya cuma satu dari sekian trilyun bentuk kehidupan di planet bumi. Satu dari entah berapa penghuni semesta. Kita pikir kita penting.
Okelah. Bulan puasa masih ada beberapa minggu. Yuk ah andied, jangan lupa bersyukur setiap harinya. Untuk setiap hirup nafas. Untuk setiap matahari terbit dan terbenam. Untuk setiap orang yang melengkapi jiwa tak sempurna ini.
Bersyukur : mulai!